Kepada Kamu, Aku Berharap, Doakan Saja, Semoga Aku Kuat



Sebelum kamu datang, cinta dan segala remeh temeh soal perasaan tak pernah membuat aku penasaran. Lebih baik fokus soal pekerjaan, toh perkara menikah juga belum saatnya dipikirkan. Namun, kamu akhirnya datang dan membolak-balikkan hidup aku. Kehadiranmu membuat aku percaya, kalau cinta bisa membuat hidup terasa jauh lebih bahagia. Pendampinganmu meyakinkan aku, bahwa masa depan akan lebih indah jika dijalani berdua.

Entah orang-orang menganggap aku apa, mungkin alien atau semacamnya. Di antara teman-teman sepermainan, akulah yang paling minim pengalaman. Jika teman-teman saling bercerita soal mantan, aku hanya akan diam mendengarkan. 

Dan kamu, kamu adalah penyebab perubahan terbesar dalam hidup aku. Bersamamu, aku lebih menikmati hidup hingga setiap menit dan detiknya. Kamulah yang membuat aku merasakan betapa bahagianya dicintai. Kamu pula yang membuat aku percaya bahwa tempat paling nyaman memang bahu orang yang paling diakung. Jika boleh jujur, aku sering merasa jadi yang paling bahagia di dunia. Punya pasangan yang selalu bisa diandalkan membuat aku mantap menatap masa depan. Kamu dan aku sudah demikian cocoknya, pasti lebih mudah bagi kita untuk bertahan dan menua bersama.

Aku sering membayangkan tentang keluarga kecil kita nantinya. Ada aku, kamu, dan dua malaikat kecil yang dititipkan Tuhan pada kita. Meski sibuk dengan urusan pekerjaan, kamu selalu berusaha pulang tepat waktu. Buru-buru menuju rumah demi segera memeluk istri dan kedua anakmu. Walaupun kita sedang berselisih paham, kamu selalu berhasil meredam amarah dan memberi aku pelukan sebagai tanda perdamaian.

    Ah, banyak hal yang ingin aku wujudkan bersamamu. Banyak harapan yang aku titipkan di pundakmu…    

Mungkin, aku memang masih minim pengalaman dalam membina hubungan. Aku sadar, ada kalanya diri aku terlalu egois hingga memaksakan sesuatu yang sebenarnya tak kamu inginkan. Beberapa kali pula aku pernah membuatmu kesal lantaran sikap aku yang kadang kekanak-kanakan.
Namun, akuilah bahwa kamu pun tak lantas luput dari kesalahan. Sekian lama bersama, entah berapa kali kamu menyakiti hati aku. Kata-kata kasar dan menyinggung perasaan awam keluar dari mulutmu. Kalimat-kalimat yang intinya merutuki kekurangan dan ketidaksempurnaan aku pun sudah bukan lagi hal yang tabu.

Sekian lama bertahan, tapi kini aku sudah benar-benar sadar. Mungkin kita pernah sama-sama berjuang, tapi di titik ini aku harus berhadapan dengan dua pilihan. Bersamamu adalah sebuah kebimbangan, antara harus diakhiri atau justru dilanjutkan.

Kamu bukan lagi kebahagiaan dalam hidup aku, tapi kehadiranmu jelas jadi pelajaran paling berharga. Pertengkaran demi pertengkaran denganmu membuat aku sadar siapa diri aku sebenarnya. Kegagalan hubungan kita menjadikan aku mengerti tentang apa yang sebenar-benarnya aku inginkan. Ternyata memang bukan kamu. Di titik ini aku harus ikhlas merelakan. Mulai detik ini aku harus berhenti menumpuk harapan. Aku dan kamu punya impian yang berbeda tentang masa depan. Perbedaan itu pula yang memaksa kita untuk masing-masing berubah haluan.

Aku harus kembali pada prinsip aku sebelumnya, bahwa perkara pendamping di masa depan biarlah jadi urusan Tuhan. Aku hanya akan berdoa, berharap yang terbaik sambil memacak diri dulu saja. Jika sudah waktunya, dia yang terbaik akan datang dengan sendirinya. Dan segala sesuatunya akan berjalan mulus tanpa kita harus terlalu keras mengusahakannya.

Aku Sudah Tahu Bagaimana Aku Harus Pergi Dari Kehidupanmu

 



Kata orang, tulisan bisa lebih jujur dalam bercerita, ketika kata tidak mampu terucap. Kata orang, tulisan mampu mewakili hati ketika kata yang terucap seakan tidak ada gunanya.  Maka kali ini kupilih mengabadikanmu dalam tulisan. Lewat susunan kata yang membentuk cerita bukan perkataan yang berakhir sia-sia.

Aku percaya konsep waktu. Bahwa dalam hidup waktu selalu menghadirkan orang-orang dengan tujuannya masing-masing, dengan pelajarannya masing-masing, dan memiliki peran masing-masing.  Dan setiap orang yang hadir dalam hidup pun memiliki batas waktunya masing-masing.

1. Mengenalmu membuatku belajar tentang banyak hal

Begitupun perihal kamu. Mengenalmu membuatku belajar tentang banyak hal. Tentang mimpi, harapan, dan kehidupan.  Kamu, yang kupilih sebagai teman berceritaku. Kamu yang selalu berkata salah jika aku memang salah. Kamu yang selalu menghibur dengan segudang tingkah ajaibmu. Dan kamu yang selalu kuharapkan ada dalam sekacau apapun hari yang kulalui. 

Dulu, memang terasa begitu. Ketika dekat denganmu saja sudah cukup membawa kebahagiaan. Dulu, semua memang begitu. Ketika tawa tak pernah lepas menghiasi wajahku.

Kala itu, kamu menjadi alasan di balik setiap senyumku. Kala itu, kamu yang menjadi alasan dibalik bertahanku. Kala itu, harapku sederhana; semoga waktu bisa berputar sedikit lebih lama saat aku bersamamu. Saat semua belum berubah.

2. Waktu berputar terlalu cepat tanpa pernah berkompromi

Namun, waktu berputar terlalu cepat tanpa pernah berkompromi.  Hari itu kamu berubah. Hari itu kamu berbeda dan hari itu kamu menjauh. Hari itu kamu menganggapku tak kasat mata. Dan hari itu pula aku tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang kulakukan. Atas luka yang tanpa sengaja telah kutorehkan. Atas luka yang membuatmu kecewa.

3. Bahwa kehilangan seseorang yang berarti, harus siap pula untuk kehilangan setengah hati

Mungkin darimu, waktu ingin mengajariku tentang kehidupan. Mengakui setiap kesalahan, menerima setiap kekalahan. Mungkin darimu, waktu membuatku sadar, bahwa kehilangan seseorang yang berarti, harus siap pula untuk kehilangan setengah hati.

4. Kini, kita kembali menjadi dua orang asing yang seolah tidak saling mengenal.

Kini, kita kembali menjadi dua orang asing yang seolah tidak saling mengenal. Tidak saling menyapa.  Berusaha melupakan bahwa hari lalu pernah ada, berusaha menganggap bahwa cerita lalu tidak pernah ada. Tahukah kamu, melihatmu menjauh adalah siksa bagiku?

Tahukah kamu, bagaimana rasanya mendengar ketika kamu berkata bahwa kita tidak lagi bisa dekat? Bahwa secara tidak langsung kamu mengisyaratkan untuk kita lebih baik saling menjauh. Mungkin ini mudah bagimu, namun terasa menyiksa untukku.

Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku berharap agar hari itu tidak pernah terjadi. Hari dimana aku mengenalmu yang pada akhirnya pun memilih untuk berlalu.

5. Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku berharap agar hari itu tidak pernah terjadi

 Kamu tidak perlu menjauh. Karena kini, aku sudah tahu bagaimana caranya berjalan mundur melepaskan hati ini untuk kamu.


Kamu Telah Pergi, tapi Kenangan Bersamamu Selalu Tersimpan


Senjaku berlari. Berlari bersama waktu yang tersembunyi. Ia pergi dengan jejak waktu yang menepi pada ombak di laut lepas yang bergemuruh sepi. Sepi yang menyelinapi hari kian menari menusuk hati ini. Siapa sangka dirimu yang berlari memalingkan hari penuh misteri. Jalannya pun masih menjadi tanya yang menepi menjelajahi seisi ruang lingkup hati yang bernyanyi dan menari kian kemari.

Senjaku yang berlari, pergilah sesuka hatimu. Takdir yang tercipta tak pernah berdusta. Jalan yang bercerita tak pernah luput dari perhatian semesta. Senjaku yang berlari. Namun namamu kian mencandu tepat dihati ini. Apakah kamu memahami? Sepeninggalmu, aku enggan mencari nama-nama yang lain lagi. Aku tak ingin mencari sosok yang lain. Biarlah kamu berlalu, biarlah sepeninggalmu menjadi kisah abadi yang patut untuk kuresapi sendiri. Bersama bentangan waktu yang bercerita, bersama jejak waktu yang menyimpan namamu kian abadi diingatan dan didalam hati.

Aku enggan mencari nama-nama yang lain pada cerita yang pernah kita sematkan dan rajut dahulu. Hati ini masih nyaman berbisik tertuju tepat kearahmu. Duhai sang penjaga hati. Saat aku menepi, aku sedang memandang perahu yang berlayar dengan tenangnya. Ia melaju dengan kejauhannya. Seperti ragamu yang saat ini berlari, laksana ragamu yang saat ini menghilang bersama ombak di laut lepas.

Aku tak menyalahkan diri, karena hingga detik ini hatiku masih berlabuh tepat ke arahmu. Biarkan aku sendiri bersama Ilahi menata hati dan hari bersama jejak waktu menyimpan namamu yang abadi. Biarlah aku sendiri bersama Ilahi mengikhlaskan hati yang meradang sunyi sepeninggalmu pergi.

Tak mengapa jika engkau enggan peduli. Biarlah aku sendiri yang menitipkan kasih di sepertiga malam pada sujudku kepada Ilahi Rabbi.

Dirimu masih lekat dihati. Dirimu masih tetap sama seperti dahulu, sosok yang aku kenal dan mengenali hatiku meskipun dalam jarak bentangan hari. Menghembuskan diri bersama senja ku yang berlari. Meredupkan diri tanpa kompromi. Tanpa ingin kuakhiri. Namun pijarnya masih tetap menerangi dan menemani hati ini. Pijarnya masih mengisi relung jiwa yang berbisik lirih pada sebaris nama dalam doa, menyinggung rupa bermuram sendu saat harus melepasmu

Daripada Kita Saling Menyakiti, dari Lubuk Hati yang Paling Dalam Aku Persilahkan Kamu Pergi



Kehidupan ini bukanlah bait-bait puisi yang bisa dipersembahkan menjadi lagu seperti karya Fiersa Besari. Kehidupan adalah kedinamisan yang kamu tak ketahui kapan akan naik turun jatuh dan bangun lagi. Seperti kamu yang terlambat menyadari bahwa mungkin hatimu hari ini berbeda dengan hatimu di esok hari, semua hanya tak kau rasa karena logika selalu mendapatkan ruang untuk melakukan perannya. Hanya saja ketika logikamu telah pergi, maka hatimu akan meronta-ronta telah kehilangan seseorang yang tanpa kamu sadari sudah berada di relung hatimu. bagaimana kamu akan mengatakan pada seseorang yang sudah berada di seberang jembatan? Seseorang yang pernah mengajakmu bercanda, pernah mengajakmu tertawa, kamu tak pernah sadari betapa berharganya dia. Sampai pada akhirnya dia berjalan kearah lain darimu, begitulah kamu akan tersadar bahwa ada ruang kosong yang terasa. Ruang yang selama ini terisi dengan seseorang yang tak kau sadari. Bahkan suaramu tak lagi bisa terbawa oleh angin bahkan jika berteriak sekalipun, dia mungkin tidak akan mendengar dan bagaimana dia akan kembali.


Apa yang akan kamu lakukan? Semua sudah tak lagi sama.

 Hati yang berkehendak untuk berjalan pergi tak akan bisa kamu hentikan untuk kembali. Sesal memang menemani di akhir perjalanan kisah, tentang pertemuan dua anak manusia yang mungkin tidak berada pada waktu yang seharusnya. Suaramu mungkin tak akan lagi terdengar, deru hujan mungkin akan menggelamkan tangisan. Angin tak akan mampu lagi bertahan, tapi mengatakan adalah hal yang harus kamu lakukan. Minta maaflah tapi jangan menyesal karena hati tak pernah bisa kamu kendalikan. Iya, jawabanku memang berbeda dari waktu itu. Iya, aku baru menyadari bahwa ada ruang di hatiku yang terisi olehmu baru kusadari setelah kepergianmu sampai di seberang jembatan.

Pergilah, jika kamu ingin pergi aku selalu ikhlaskan dan kudoakan kamu akan bertemu dengan seseorang di waktu yang tepat. Pergilah, maka kebingunganmu atas hatiku juga akan berakhir. Di masa depan aku akan lebih berhati-hati, melihat lebih dalam, mendengar lebih lama, memikirkan lebih banyak agar aku bisa tahu dan tidak akan membiarkan orang yang berarti bagiku pergi begitu saja. Maaf tapi tak kusesali, walau terlambat kusadari dan berkata ternyata aku merindukan kamu yang dulu ada.

Ajari Aku Bagaimana Cara Melepasmu


Hai kamu, yang terus menerus menarik lalu menghempaskan, meraih lalu meninggalkan, menggenggam lalu melepaskan. Dengan cerita penuh liku. Kamu yang asyik sendiri tetiba lupa, aku yang terlupa mencoba mengalihkan duniaku. Tapi entah alam entah waktu mempersatukan kita kembali, iya kembali, kembali bersama tanpa sebuah ikatan.

Hanya kita, kita berdua dan tentang kita, aku menyebutnya "dunia kita". Aku yang ego dan Kamu yang terlalu menyayangimu. Aku yang penuh emosi dan kamu yang tenang, aku yang rumit dan kamu yang sederhana. Entah apa yang membuatku begitu terlalau menyayangimu. Kamu Perempuan dengan hati yang riang, bukan perkara sulit untuk mencari pelabuhan hatimu dan kamu yang hobi berkelana dan aku yang terlalu sulit membuka diri.

Dengan berjalannya waktu, kita semakin tumbuh dewasa dengan hubungan yang makin membaik dan hangat, tapi mau dibawa kemana arah hubungan kita. Kamu bilang terlalu takut menyakitiku, takut ku semakin jatuh kedalam kesakitan, khawatir aku menjadi semakin trauma akan kisah masa kecil. Kamu yang paling tau kehidupan apa yang aku jalani, kamu bilang aku terlalu baik untukmu.

"Bukankah semua orang ingin mendapatkan pasangan yang baik ? Naifkah kamu ? Munafikkah kamu ?"

Lalu apa yang kamu mau, kamu tau hidupku hanya terisi olehmu, lingkaran keluargaku, teman – temanku yang mereka tau hanya kamu. Aku mencoba untuk menikmati semuanya menikmati proses demi proses perjalanan kita, mencoba memahami mimpimu, mencoba mendekat pada keluargamu tapi semua yang kulakukan tak membawamu menuju arahku dengan pasti.

Sayang, kita terlalu dewasa untuk terbelenggu pada kisah cinta remaja ini, tak maukah kamu menajadikanku bagian dari mimpimu, membangun mimpi dan masa depan, membahagiakan keluarga kita dan menua bersama? Tak maukah kamu menggenggamku dan kita berjalan beriringan, tak lagi saling berkelana? Apalagi yang kau tunggu?

Bila katamu dalam pelukanku adalah tempat kau terteduh? Bila nyatanya kita seperti "rumah" untuk saling kembali dan kembali lagi, sejauh apapu kita berlari melawan arah pada akhirnya kita kembali, seperti rumah yang berteduh dari keajmnya dunia, bila dunia kita sebegitu nyamannya untuk kita singgahi. Apa yang harus kita tunggu lagi ? Sayang, taukah kamu berkali – kali aku mencoba lari darimu, bersembunyi dari besarnya perasaan ini, dari rindu yang menggebu, dengan hati yang tertutup rindu ?

Tapi kamu berkali – kali mecoba datang, dengan senyummu, dengan segala tipu dayamu, dengan tangan hangat yang selalu nyaman kugenggam, dan kita kembali lagi menjalani hari – hari yang bahagi "dunia kita" begitu aku menyebutnya, tapi berkali – kali kamu pergi lagi, menghempaskan lagi, melukai lagi.

Sayang, aku lelah, bagaimana aku melepasmu dengan rasa rindu yang menggebu, dengan rasa cinta yang tulus.

Haruskah aku pergi ? dengan hati yang tak kunjung terisi ?


Menyudahi Cerita Kita, Bukan Berarti Aku Tak Memiliki Rasa Sayang Kepadamu


Masih terekam jelas di benakku mengenai awal aku mengenalmu. Semua begitu menyenangkan hingga aku pun merasa nyaman.
Entah dari mana aku harus mengawali cerita ini. Bahkan aku tak tahu sebenarnya aku dan kamu kenapa bisa bertemu. Kau hanyalah seniorku. Ya, aku hanya tahu sebatas itu. Sampai akhirnya kau mendekatiku. Entah jurus apa yang telah kau perbuat, hingga aku dan kau menjadi begitu dekat. Setelah itu kau mengajakku jalan, dan masih ingat sekali aku tentang itu. Kau selalu membuatku tertawa dengan ceritamu, hingga kita sama-sama tidak sadar bahwa sudah pergi seharian. ya, sejauh ini aku merasa nyaman.
Kau katakan rasa nyaman, hingga aku pun terkesima dan mengatakan.
Tanpa aku sangka sebelumnya, kau menyatakan cinta. Waktu yang singkat mengenalmu ini, tak aku hiraukan karena aku yakin kau sangat baik hati. Tanpa aku perpanjang, aku pun mengiyakan. Rona bahagia nampak jelas di wajahmu kala itu. Hari-hari kita lalui dengan kehangatan mulai dari selamat pagi hingga pagi lagi.
Waktu terus berjalan hingga aku merasa kau semakin mengaturku. Aku bimbang, antara cinta dan merasa dikekang.
Mungkin memang aku yang keterlaluan dan terlalu bebas berkelakuan. Ya, mungkin begitu. Sempat aku pikir apakah semua hubungan percintaan memang begini masalahnya? Dan akhirnya aku pun menganggapnya wajar. Aku berusaha bersabar. Namun, ada satu hal yang membuatku merasa semakin lama aku tak bisa.

Aku risih setiap kali harus diserbu pertanyaan lagi dimana, sama siapa, ada cowonya tidak, ngobrol sama cowo tidak, dan sebagainya. Di balik bahagianya aku saat kita bertemu, terselip rasa kesal ketika kau menuduhku macam-macam. Awalnya aku berusaha menganggap itu semua adalah bentuk cinta, tapi tak bisakah kamu mengerti bahwa tidak semua temanku perempuan? Aku merasa kau batasi, tapi aku juga tidak ingin ku pergi.
Dan akhirnya aku akhiri. Melepasmu adalah keputusan terbaik, agar semuanya menjadi lebih baik.
Seringnya kita bertengkar membuat fokus pekerjaanku buyar. Hubungan dengan sahabat dan teman-temanku juga agak renggang. Komunikasi yang dulu terjalin menjadi susah untuk disambungkan. Ya, aku akui ini bukan salahmu. Hanyalah aku yang terlalu berlebihan menganggap berharga sebuah pertemanan.

Seringkali aku menangisi diriku sendiri, aku muak dengan diriku yang tak sebahagia dulu. Lambat laun aku menjadi kurang nyaman, rasa cintakupun kian luntur. Dan akhirnya aku akhiri. Maafkan aku, kau sama sekali tidak salah. Wajar saja seorang lelaki tak membiarkan perempuan yang dicintainya bersua dengan lelaki lain. Semoga melepasmu adalah keputusan terbaik, agar semuanya menjadi lebih baik.
Bisalah kau menuduhku macam-macam. Namun kau harus tahu, bahwa hati manusia bisa jenuh jika terus disalahkan.
Aku hanya ingin hubungan yang menjadikan kita lebih baik dari sebelumnya, bukan seperti ini. Kau sangat baik, sungguh baik, namun ada hal yang aku rasa lebih baik kita tidak bersama. Aku tidak mau ada kesedihan dalam sebuah hubungan.
Buah dikenal dari Pohonnya. Kalau Buahnya baik, pasti pohonnya baik. Kalau pohonnya Kurang baik, bagaimana mungkin buahnya akan baik?
Kutipan itu bermakna bahwa pohon itu ibarat hubungan kita, dan buah adalah efeknya. Jika efeknya dirasa kurang baik itu berarti hubungan kita kurang sehat bukan? Mungkin akan ada penyesalanku karena keputusan ini, namun aku percaya bahwa cinta tak akan kemana mana. Dan takdirpun tidak akan salah waktu. Semua akan kembali, jika dua manusia sudah digariskan untuk bersatu.

Ya, menyudahi cerita bukan berarti denganmu aku tak punya rasa cinta. Boleh saja hari ini kita akhiri. Namun bukan tidak mungkin nanti kita akan kembali. Semoga tidak akan ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi drama, dan tidak ada lagi perdebatan. 
Percayalah, takdir tidak akan salah waktu. Semua akan kembali, jika dua manusia sudah digariskan untuk bersatu.

Aku Tetap Berdiri, Bahkan Setelah Kamu Pergi


Asal kamu tahu. Kepergianmu pernah mengubah susunan besar yang sudah kutata baik-baik selama ini. Jika hati bisa berderak maka kehilangan kamu tak cuma membuat hatiku patah. Tapi juga membuat telingaku pekak.

Beberapa saat lamanya aku seperti zombie yang berjalan tanpa nyawa. Semua aktivitas kujalani hanya karena butuh saja, bukan karena ingin melakukannya. Tapi keadaan membuatku bertahan di tengah keterbatasan. Aku memang pernah remuk redam, tapi kini kubuktikan, aku bertahan.
"Jika proses mengikhlaskanmu adalah perjalanan, maka harus kuakui kita tak kurang dari sebuah etape panjang"

Kedekatan kita memang tak perlu dipertanyakan lagi kondisinya. Kita pernah saling mengenal sedekat pembuluh. Perjuangan kita membangun ikatan sudah beranak sekian ratus peluh. Aku hapal di luar kepala bagaimana bentuk tubuhmu, bagaimana manisnya mengecup lekukan di sisi kiri tulang belikatmu. Aku pernah jadi pecandu nomor wahid dari aroma yang menguar dari tengkukmu.
Bahkan sampai kini aku masih bisa menghapalnya dengan sedetil itu.
Kemudian kamu pergi. Hilang, lenyap dari bumi. Kata orang aku hanya harus ikhlas dan menjalani. Karena pasti yang terbaik sudah Ia siapkan di ujung ruang yang dilabeli “nanti.” Persetan! Kataku saat itu. Bagaimana bisa semudah itu mengikhlaskan hal terbaik yang pernah datang? Aku ini orang yang juga masih ingin senang!.

"Tapi kusadari kamu tak pernah hilang. Kamu 
menyublim jadi partikel udara. Dalam diam memelukku di tengah gempuran masalah yang ada"

Kata orang cinta yang tidak lantang justru cinta yang melibatkan banyak upaya juang. Kini frasa itu harus kuamini benarnya. Kita tidak pernah benar-benar mengungkapkan perasaan ‘kan? Kutahu kau menyayangiku, kaupun tahu betul aku pun begitu. Hanya saja kita sering terlampau malu untuk mengungkapkan dalamnya perasaan itu.

Tapi kehilangan kamu benar-benar membuka mataku soal berbagai lapisan kehilangan. Berpisah denganmu jelas menyakitkan. Hanya saja aku merasa kamu tidak pernah benar-benar berubah jadi ruang hampa yang tidak bisa kugenggam kapanpun aku membutuhkannya.

Dalam diam, kamu selalu ada. Menyelip di tisu yang terselip di kantung kemejaku. Atau dalam sobekan jok motor yang sudah kau ributkan harus diganti dari dulu. Pada desing motor yang ribut melintas dan mengganggu konsentrasiku, kutemukan kamu di situ.
"Perjuangan yang terus dihela adalah hadiah terbaik yang bisa kuberi. Demi kamu, aku berjanji: kamu akan terus melihatku berdiri"

Tentu saja lebih mudah menyerah pada gaya gravitasi. Terjun bebas, meretakkan tulang tengkorak dan tulang rusuk sampai benar-benar jadi serpihan sekecil atom. Tapi kutahu kamu tak akan bahagia melihatku menyerah pada keadaan. Kamu tidak pernah mendidikku untuk jadi pecundang.

Aku ingin jadi orang yang bisa membuatmu tersenyum di atas sana. Tak perlu khawatir harus sering-sering mengeluarkan tangga demi menengokku. Nikmati apa yang sudah jadi hakmu. Jalani hidup kekal yang nyaman sebagai balasan atas kebaikan-kebaikanmu. Aku bisa bertahan di sini tanpamu.

Kamu tidak akan melihatku terpuruk berlama-lama, bersedih karena kenyataan yang ada. Justru aku akan memutar otak agar kesedihan tak melumatku seperti oat encer yang rasanya kau tak suka.

Aku merindukanmu. Selalu. Hanya saja karena aku mencintaimu, akan kubuktikan kalau aku akan terus hidup tanpamu.

Adakah rasa syukur lain yang ingin kamu ungkapkan pada orang yang telah meninggalkanmu?

Hei Kamu, Terima Kasih Untuk Segalanya. Meskipun Kamu Harus Mundur Langkah Demi Langkah Dariku


Pagi masih setia datang tepat pada waktunya dan senja juga selalu datang dengan setiap keindahannya. Selama beberapa hari sejak kamu pergi, tak ada satu hal pun yang berubah. Rutinitasku juga masih aku lakukan, sama persis seperti saat kamu masih di sini. Semua masih tetap sama. Hanya saja, tak ada lagi sapa selamat pagi darimu saat menjemputku di pagi hari. Tak ada lagi kata sayang yang tetulis dalam pesanmu. Tak ada lagi tawa renyah kita saat bercerita di malam hari ketika aku letih dengan pekerjaanku. Dan tak ada lagi senyum yang selalu aku lihat setiap  waktu saat kau mengantarkanku didalam mimpiku.

Aku menulis ini bukan karena merindukanmu atau mengharap kau untuk kembali. Rinduku seakan sudah pergi tak berjejak. Harapan-harapan yang sempat membuncah juga sudah terbang entah kemana. Rasa yang pernah meluber juga sudah menguap dan menghilang begitu saja. Hatiku sudah jauh lebih baik. Mataku sudah sangat terbiasa tanpa melihatmu. Telingaku sudah lebih nyaman tanpa kicaumu. Hidungku sudah tak lagi mencari aroma tubuhmu. Bibirku sudah tak tertarik lagi menyebut namamu. Kulitku menjadi lebih halus tanpa sentuhan tanganmu. Kau tau itu artinya apa? Artinya hidupku menjadi lebih sempurna tanpa kehadiranmu.

Dengan segala rasa nyaman yang aku dapatkan sekarang, aku hanya ingin berterima kasih padamu. Terima kasih atas segala bahagia yang pernah kau berikan padaku. Terima kasih atas setiap jengkal hari yang sudah pernah aku lewati bersamamu. Terima kasih atas tawa yang selalu kau hadirkan di setiap kebersamaan kita. Terima kasih atas pelukan hangat yang selalu kau berikan setiap aku merasa gundah. Terima kasih atas perhatianmu yang selalu tercurah untukku. Terima kasih sudah pernah menawarkan masa depan padaku.

Tak sedikitpun ada rasa menyesal di hatiku pernah bertemu dan mempunyai cerita hidup bersamamu. Mengenalmu, menjalani hari-hari bersamamu, merasakan membuncahnya rasa ketika aku ingin melamarmu, dan menikmati repotnya mengurus persiapan pernikahan kita adalah lukisan pelangi yang pernah kau buat dalam hidupku. Terima kasih. Terima kasih sudah melukis pelangi terindah dalam hidupku walau akhirnya aku tak pernah menikmati indahnya.

Hidupmu mungkin saja jauh lebih bahagia tanpa aku karena tak ada lagi suara cempreng yang selalu mengingatkanmu untuk ini dan itu. Hidupku sekarang tentu saja lebih bahagia tanpamu karena tak ada lagi wanita yang menawarkan kebahagiaan semu padaku. Kau sudah pernah memilih bahagiamu bersamaku dan aku juga sudah pernah menerima tawaranmu untuk hidup menua bersamamu. Dan sekarang, kamu sudah memilih bahagiamu dengan mundur dari penawaran menjalani masa depan bersamamu, beberapa belas hari sebelum hari sakral kita. Aku harap, aku sangat berharap, kau tak salah jalan memilih bahagiamu untuk mundur dari cerita kita ini. Karena satu hal yang perlu kau tahu, kau tak akan pernah bisa kembali ke jalan saat masih ada kita. Setelah kau memutuskan untuk pergi, jalan itu sudah aku tutup, aku gembok, dan kuncinya aku buang.

Dan hai kamu wanita dengan hiperkolesterol. Sekali lagi aku ingin mengucapkan terima kasih. Kedatanganmu di hidupku sudah merubah persepsiku tentang laki-laki. Kepergianmu di hidupku juga sudah membuat aku belajar banyak hal, terutama tentang tanggungjawab, komitmen dan sebuah konsistensi. Terima kasih sudah mengajarkanku tertawa saat menangis. Terima kasih sudah membuatku merasa dihargai sebagai seorang lelaki. Terima kasih telah memperlakukanku seperti seorang putri raja. Terima kasih sudah menjagaku dengan penuh rasa sabar. Terima kasih sudah selalu ada setiap aku membutuhkanmu.

Berbahagialah. Semoga memang dia satu-satunya sosok yang kau cari hingga kau bersedia untuk menyakiti hati dan menginjak-nginjak harga diri seorang lelaki sekaligus seluruh keluarga besarnya. Terima kasih sudah memilihkan jalan ini untuk aku jalani. Terima kasih sudah memberikanku kesempatan untuk mendapatkan cinta yang lebih besar dari cintamu di masa depanku nanti. Terima kasih sudah memberikan pengalaman berharga yang bisa aku ceritakan pada anak perempuanku nanti tentang bagaimana harusnya seorang perempuan bersikap. Terima kasih, karena dengan kepergianmu, itu artinya kau memberikanku kesempatan untuk mendapatkan sesosok wanita yang jauh lebih baik, lebih membawaku dekat dengan Rabb-ku, lebih menghargai aku, lebih bertanggungjawab, lebih menjaga komitmen, lebih konsisten, lebih setia, lebih menjaga kehormatan, lebih bisa menerimaku dengan bawelku, lebih bisa diajak berpikir ke depan dan tidak pernah berpikir tentang sebuah tuntutan, menuntut dan dituntut.

Aku tak pernah mendoakan hal-hal buruk terjadi di hidupmu. Aku hanya ingin mengingatkan saja, lebih berhati-hati lagi dalam bertutur kata, bersikap dan bertindak. Karena sebab akibat selalu ada. Karena hukum tanam tuai juga masih belum punah. Dan karena Tuhan selalu melihat apa yang kita perbuat. Sekali lagi, terima kasih. Karena dengan caramu ini, aku menjadi semakin yakin bahwa Tuhan memang sangat menyayangiku sehingga DIA menjauhkanku dari hal yang tidak baik untuk hidupku dan aku percaya, DIA akan menggantikan dengan hal yang baik untuk hidup dan masa depanku kelak.

Selamat berbahagia dengan jalanmu. Semoga peluknya memang jauh lebih hangat,.

Salam dari aku,

Lelaki yang kadangkala masih merasa rapuh, tapi sudah tak lagi menangis ketika menulis ini.,

Aku Telah Merelakanmu, Namun Dengan Jahatnya Memintamu Kembali


Aku tahu hidup tak selucu itu, datang hanya membuat luka lalu pergi dan kemudian datang lagi. Siapa yang akan tahan jika diperlakukan seperti itu dengan seseorang yang sangat disayanginya. Dan itulah aku, menjadi "Pelaku" bukan "Korban", iya menjadi yg datang dan pergi.
Beribu-ribu maaf aku sampaikan kepadamu, maaf telah menyakitimu, maaf tlah pergi demi seseorang yang malah meninggalkan aku, maaf slalu mengingkari perasaan ini, maaf slalu menyuruhmu membuang rasa itu, dan maaf karena sekarang aku Memintamu kembali untuk menyayangiku.
Terima kasih kamu sudah sangat sabar berada di situ, di sisi hatiku yang tak ingin ku sentuh. Terima kasih karena kamu sudah mau memberiku kesempatan untuk yang kesekian kalinya dan semoga untuk yang Terakhir kalinya, karena aku ingin "aku dan kamu" menjadi "kita",

Yahhh pasti tidak semudah itu karena hatimu selalu aku sakitin dengan sikapku, dengan kesalah fahaman ini.

"Aku tidak lagi mencintaimu karena kasihan atau karena terima kasih. Tapi sekarang aku benar-benar mencintaimu dengan segala kelemahan dan kekuranganku. Dengan kelamnya masa laluku dan dengan masa depanku bersamamu"
"Aku ingin kita mulai dari awal, meskipun itu tidak bisa sama lagi."
Aku tahu semuanya tidak akan seperti sama lagi, tetapi setidaknya kamu sudah mau memberiku kesempatan walau hanya sekedar menyapamu. Tapi apakah rasa itu masih ada? Aku harap iya. Kamu ingat dulu kamu pernah berkata " Jika Tuhan mau kita bersama bagaimana?" " Lalu jika Itu kamu?" Dan aku selalu memungkirinya dan menyakiti hatimu.

Tapi sekarang jika kamu bertanya seperti itu lagi, aku akan menjawab, "iya Tuhan dan Semesta mengijinkan kita tuk bersama" dan "Iya itu aku".

Memang tidak sekarang, butuh waktu sampai pada saatnya Tuhan mengijinkan kita tuk bersama. Dan aku tau kamu masih terluka dengan semua sikapku dulu.

Tapi satu hal yang mesti kamu tahu "Aku slalu belajar menjadi baik" , "Aku tidak meninggalkannya tetapi aku meninggalkanmu", " Aku tidak menyakitinya,tetapi aku menyakitimu".

Untuk kamu penggila Warna Tosca

Bukan Soal Mudah Mengutarakan Apa yang Kita Rasakan Kepada Orang Lain Untuk Sekedar Melegakan Hati


Perpisahan kita tak mengubahku jadi sinis soal cinta. Justru kau telah memberiku banyak pelajaran berharga untuk suatu hari di masa depan. Aku yakin akan bertemu dia yang memang ditakdirkan Tuhan. Dan jika hari itu tiba, aku akan mampu menjadi seseorang yang lebih dewasa. Yang lebih mampu mengenal diri sendiri dan diri mereka yang aku cintai. Rasa bahagia kita memang tak pernah digariskan untuk selamanya. Namun, aku bisa jadi manusia yang lebih berdaya karena kita pernah bersama.

Bukan soal mudah mengutarakan apa yang kita rasakan kepada orang lain untuk sekedar melegakan hati yang kini lebih sering terasa sesak akan namamu, bahkan untuk menceritakan kepada diri sendiri aku tak tahu untuk memulainya dari bagian mana. Kamu sosok yang tak terjelaskan bagaimana bisa merasuki seluruh dikiranku tanpa jeda sedetik pun.

"Apa kamu tahu apa yang aku rasakan sekarang setelah kamu menawarkan sejuta warnamu?"

Kini aku tumbuh menjadi pribadi yang tak henti-hentinya belajar merelakan situasi yang pencipta awalnya adalah aku sendiri. Aku mengerti dan telah merasakannya sekarang. Inilah mungkin apa yang kau rasakan beberapa waktu yang lalu. Tapi kau tak mengetahui apa yang hatiku sebenarnya rasakan. Tak pernah sekali pun aku mengabaikanmu, aku hanya tak bisa mengungkapkan apa yang aku rasa. Mungkin aku terlalu mengutamakan gengsi dan takut untuk memulainya terlebih dahulu.

Aku paham cinta yang kau rasakan dahulu tak saperti harapanmu, tapi apa kau juga tak ingin sedikit mengetahui apa yang aku harapkan tentangmu?

Menurutku cinta adalah proses yang harus dirasakan pelan-pelan. Cinta adalah sebuah kebutuhan akan rasa nyaman, meski tak selamanya sejalan. Bukan berarti aku tak meyakini akan cintamu tetapi apa tidak terlalu dini untuk mengatakan bahwa itu cinta. Bagiku masih banyak proses hingga aku benar-benar merasakan jatuh cinta bahkan titik berat dalam hidupku sampai aku kehilangan sosokmu. Aku menyadari kesalahan itu, bahkan aku tak ingin mengulanginya kapadamu lagi. Kali ini kau bukan hilang yang berarti tak kembali, walau kembali akan berbeda, tak seperti dulu.

"Harusnya kau percaya dan yakin tanpa perlu mempertanyakan lagi bagaimana hatiku padamu."

Dulu aku sempat berpikir, kau tak akan bisa mengubah cara pandangku terhadapmu. Tapi kali ini aku benar-benar jatuh hati kepadamu.

Setiap waktu, langkah, nafas serta jiwaku hanya untuk memikirkanmu, walaupun terdengar begitu menjijikkan tapi itulah yang aku rasakan saat ini.

Aku selalu berusaha menahan egoisku untuk mendapatkan perhatianmu, karena aku begitu mengetahui bagaimana hatimu. Bukannya aku menjadi sok tahu tentangmu, tapi isi hati yang pernah kau ungkapkan padaku mulai dari kebahagiaanmu hingga kebencianmu terhadap sifat yang dominan susah berubah dari diriku. Hubungan yang terjalin kali ini aku menyebutnya cinta tanpa syarat, meski kali ini aku yang akan merugi tersiksa oleh batasan-batasan yang kau ciptakan, tapi aku ikhlas.

Kumohon Kali Ini Lepaskan yang Tak Ingin Digenggam

Kamu bilang kepadaku
Kamu merasa nyaman di dekatku, merasa berbeda kalau di dekatku, kamu akan serius, akan menjaga semua untukku, jika aku tak membalas perasaanmu jangan pernah aku menjauhimu, akan tetap memberikan sayangmu untukku, selalu ada untukku kapanpun itu.
Aku menghabiskan waktu dengan belajar menerima, apa yang memang belum ditakdirkan teruntuk diriku sekarang. Walaupun hanya tersisa harapan, aku selalu mencoba percaya akan harapan yang disimpan dengan indah yang hanya akan menjadi milikku.
Aku masih berharap kamu sadar bahwa aku ada, di sini, di sisimu, bukan di depan maupun di belakangmu, aku tepat di sampingmu, kamu hanya perlu menoleh sedikit melihat aku.
Tak jarang aku memikirkan apa semua mungkin bisa terjadi? Yaaa harapan yang aku ciptakan setelah mengenalmu. Apa mungkin kita bisa benar-benar dipertemukan jika hanya aku yang berusaha mencarimu? Akan adakah waktumu untukku menceritakan perasaan ini?
Karena sayang itu gak butuh alasan hanya perlu aku dan kamu rasakan karena yang tau hati ini
Dekat seakan tak pernah ada jarak di antara kita yang membuatku belajar mengerti kamu dengan semua perhatian, kasih sayang, sifat manjamu, hingga ejekan-ejekan yang kamu berikan untukku, mungkin dulu aku belum paham apa arti semua itu atau karena aku yang masih dihantui dengan masa lalumu.

Karena aku tipikal yang susah melupakan kenangan, bisa jadi itu menjadi alasan kuat aku takut kamu kembali kemasa lalumu yang indah yang mungkin takkan bisa aku gantikan ketika kamu bersamaku.
Bagaimanapun sayang gak butuh alasan untuk diberikan seperti yang kamu ucapkan padaku.
Aku menginginkanmu, seperti dulu kamu sering melihat mataku tanpa berkata satu patah kata kemudian tersenyum, apa sebenarnya yang ada dibenakmu melihatku. Cerita akan mimpi-mimpi kita kelak, berandai-andai jika suatu saat aku menemukan pasangan yang begini-begitu.

Berangan kemungkinan yang akan kita lewati nanti. Bertanya mungkinkah kamu akan bertemu dengan kebahagian yang sesungguhnya dan membuatku tertawa dengan kekonyolan yang selalu aku rindukan.

Jika mereka dapat dengan mudahnya menuntaskan rindu, maka aku hanya bisa mengalihkannya dengan mengerjakan hal lain demi membunuh waktu akan rindu yang tak berujung ini. Mencoba sibuk untuk menghabiskan waktu tanpa harus menjadi terpaku hanya terdiam menunggumu.

Menunggumu muncul di jendela notifku, menjadi keseharian yang tak pernah absen kulakukan. Mungkin orang di sekitarku pun terusik ketika aku selalu menatap layar handphone memeriksa notifku. Aku hanya tak ingin melewatkanmu dan membiarkanmu menunggu lama, walaupun aku sering menunggumu.

Ketika penantian tak menjemukanku dan saat itulah yang aku tunggu hadir meski hanya sapaan namaku yang kamu sebut, tak pedulikan itu yang aku tau hanya kamu sedang berfikir tentangku.
Ironis memang, tapi menyenangkan ketika menunggumu bukan hanya sekedar harapan.
Menunggu kamu membukakan lagi pintu hati yang dahulunya pernah kamu buka, tapi belum sempat aku melangkahkan kaki untuk masuk, kamu sudah lebih dulu menutupnya rapat bahkan setelah aku mengetuknya berulang kali kamu tetap tak membukanya.

Itu di bagian hatimu berbeda dengan di bagian hatiku, sejak mengenalmu aku mencoba berusaha membuka hati dengan perlahan, hanya saja ketika pintu itu terbuka kamu enggan masuk untuk berada di dalamnya.

Aku sadar kamu sudah mengakhiri semua cerita cinta kita, berhenti dan tak ingin berbagi hari denganku lagi. Ketika kamu menganggapku sebagai kesalahpahaman, bolehkah aku menganggapmu sebagai kebahagiaan yang tidak sengaja aku abaikan?
Tiap aku mencari alasan mengapa aku begitu buta aku semakin menemukanmu.
Berperan sebagai pembohong ketika aku mengatakan semuanya baik-baik saja sedangkan sebenarnya yang hatiku rasakan ialah kehancuran sedang tidak baik-baik saja. Saat aku merasa seperti kehilangan harapan, mungkin saat itu aku mampu mengatakan semua yang sebenarnya aku pendam yang sudah lama ingin kukatakan tapi aku tak memiliki kekuatan untuk mengatakannya bahwa aku mencintainya sepenuh hati.

Hari ini ijinkan aku meninggalkannya meskipun sakit tapi aku pernah melewati yang lebih hancur dari ini sebelumnya. Kumohon jangan datang lagi dalam segala bentuk apapun.
Tolong bergeserlah sedikit dari pintu hatiku, jika kamu tak berkenan masuk, itu hanya akan menghalangi pandanganku kepada yang lainnya yang telah berkenan masuk.
Hati, kumohon kali ini bisakah kamu lepaskan yang tak ingin digenggam, jangan memaksakan menggenggam duri mawar itu hanya akan melukaimu.

Mungkin beberapa waktu lalu aku sangat kuat meyakini harapanku.

Tapi jika yang menciptakan kita tidak menghendaki harapanku ini aku tak bisa berbuat apapun, hanya merelakan Tuhan yang mengatur sebagaimana mestinya kita masih ada harapan yang jauh lebih baik untuk diperjuangkan.

Menyayangimu Adalah Sebuah Kesia-siaan, Yang Tak Akan Aku Sesalkan


Penyesalan memang selalu datang belakangan. Sadar telah melakukan kesalahan, baru kita akan merasa sedih lantaran dirundung sesal. Setelahnya, kita hanya bisa berandai-andai, membayangkan segala kemungkinan yang terjadi jika kita tidak melakukan kesalahan itu.

Anehnya, sampai detik ini aku tidak pernah berandai-andai tentang kamu dan masa lalu. Meski akhirnya tidak bisa bersama, kamu adalah kebahagiaan yang pernah ada dalam hidup aku. Tidak ada kesedihan atau penyesalan, sekalipun kebersamaan kita hanya dianggap sebuah kesia-siaan. 
Kehadiranmu bukanlah kesalahan. aku pun tak punya alasan untuk menyesal
"Aku mungkin orang paling keras kepala di dunia, paling suka mengejar sesuatu yang membuat hati merasa bahagia."
Apa artinya hidup jika tidak bahagia?
Kalimat itulah yang sejak dulu aku jadikan pegangan. aku yakini bahwa hidup memang selayaknya digunakan untuk mengejar kebahagiaan. Entah itu soal pekerjaan, pendidikan, passion, cinta atau apa saja yang penting buat diri kita sendiri merasa bahagia. 

Toh hidup katanya hanya sementara. Bukankah tidak adil jika waktu yang sebentar justru tidak dimanfaatkan sebaik-baiknya? aku fokus dengan kehidupan dan tentunya pekerjaan yang aku cintai, meski orang-orang di sekitar tidak mengamini. aku gigih mengejar apa yang aku ingini, meski harus susah payah merasakan jatuh bangun sendiri.

"Berdampingan denganmu tanpa ada keraguan, sekalipun kita ini dua orang yang punya sekian perbedaan."

Prinsip itu pula yang akhirnya mengantarkan aku pada kamu. Wanita sederhana yang sejak pertama mampu menggerus rasa ragu. Iya kamu, yang dengan jujur memperlihatkan segala kelebihan dan kekuranganmu. Dan yang tanpa malu-malu menyatakan pikiran dan perasaanmu.

Sekalipun kita ini dua orang yang punya sekian perbedaan, tidak pernah sedikitpun muncul keraguan. Bagi aku, perbedaan itu justru yang membuat hubungan kita lebih berwarna. Dari titik itu pula kita akan belajar untuk sama-sama menerima. Mengkompromikan yang berbeda biar bisa tetap bersama.

"Aku percaya, jika hidup adalah perjalanan, maka cinta jadi salah satu yang harus diperjuangkan."

Banyaknya perbedaan memang bisa membuat kita frustasi. Tapi sekali lagi, aku meyakini bahwa esensi cinta adalah perjuangan macam ini. Sederhana saja – ketika kamu mengakui mencintai seseorang, maka sekuat tenaga kamu akan berusaha untuk bisa bersamanya.

Justru perbedaan dan perjuangan ini yang semakin hari semakin menguatkan keyakinan aku pada kamu. Bahwa dibalik semua kesulitan yang harus kita hadapi, kelak ada kebahagiaan yang pasti kita temui. Dan alih-alih berhenti mencari selainnya lagi, aku mantap berjuang demi kamu yang memang aku cintai. Walaupun sebenarnya, aku pun bukan cenayang yang bisa memprediksi apa yang terjadi nanti.

"Gagal tidak lantas membuat aku menyesal. Bukankah lebih baik gagal, daripada belum berusaha dengan maksimal?" 

Setelah bertahun-tahun bersama, aku harus menerima kenyataan bahwa kamu ternyata tidak sama keras kepalanya dengan aku. Lelah dengan berbagai perbedaan yang menimbulkan perselisihan, kamu memilih pergi dan menjalani kehidupan yang lain tanpa aku. Merasa sedih itu wajar, tapi percayalah bahwa aku tidak pernah menyesal.

Bagi aku, kegagalan adalah sebaik-baiknya perjuangan. Gagal jadi bukti bahwa aku sudah berusaha, memperjuangkan kamu yang aku yakini mau melakukan hal yang sama. Tapi ketika kenyataan berkata lain, aku berusaha ikhlas menerima. Toh aku lebih baik gagal, daripada menyesal karena sama sekali belum pernah berusaha berjuang.

"Kehadiranmu dalam hidup aku bukanlah kesalahan. aku pun tak punya alasan untuk menyesal atau merutuki keadaan." 

Meski sekarang kamu jadi sekadar penggalan kisah di masa lalu, tidak ada sedih berlebihan yang aku rasakan. Kenyataan pernah berjuang demi kamu membuat aku lebih tenang. Sekali lagi, setidaknya aku sudah pernah berjuang demi kita.

Dan kamu, kehadiranmu dalam hidup aku bukanlah kesalahan. aku justru bersyukur karena kamu pernah menghadirkan bahagia dalam hidup aku. Tak ada alasan untuk menyesal atau merutuki keadaan. Meski banyak orang menganggap perjuangan aku adalah kesia-siaan, kamu dan semua kisah itu sungguh tidak pernah aku sesalkan.