Ah, banyak hal yang ingin aku wujudkan bersamamu. Banyak harapan yang aku titipkan di pundakmu…
Aku Sudah Tahu Bagaimana Aku Harus Pergi Dari Kehidupanmu
Kata orang, tulisan bisa lebih jujur dalam bercerita, ketika kata tidak mampu terucap. Kata orang, tulisan mampu mewakili hati ketika kata yang terucap seakan tidak ada gunanya. Maka kali ini kupilih mengabadikanmu dalam tulisan. Lewat susunan kata yang membentuk cerita bukan perkataan yang berakhir sia-sia.
Aku percaya konsep waktu. Bahwa dalam hidup waktu selalu menghadirkan orang-orang dengan tujuannya masing-masing, dengan pelajarannya masing-masing, dan memiliki peran masing-masing. Dan setiap orang yang hadir dalam hidup pun memiliki batas waktunya masing-masing.
1. Mengenalmu membuatku belajar tentang banyak hal
Begitupun perihal kamu. Mengenalmu membuatku belajar tentang banyak hal. Tentang mimpi, harapan, dan kehidupan. Kamu, yang kupilih sebagai teman berceritaku. Kamu yang selalu berkata salah jika aku memang salah. Kamu yang selalu menghibur dengan segudang tingkah ajaibmu. Dan kamu yang selalu kuharapkan ada dalam sekacau apapun hari yang kulalui.
Dulu, memang terasa begitu. Ketika dekat denganmu saja sudah cukup membawa kebahagiaan. Dulu, semua memang begitu. Ketika tawa tak pernah lepas menghiasi wajahku.
Kala itu, kamu menjadi alasan di balik setiap senyumku. Kala itu, kamu yang menjadi alasan dibalik bertahanku. Kala itu, harapku sederhana; semoga waktu bisa berputar sedikit lebih lama saat aku bersamamu. Saat semua belum berubah.
2. Waktu berputar terlalu cepat tanpa pernah berkompromi
Namun, waktu berputar terlalu cepat tanpa pernah berkompromi. Hari itu kamu berubah. Hari itu kamu berbeda dan hari itu kamu menjauh. Hari itu kamu menganggapku tak kasat mata. Dan hari itu pula aku tak henti-hentinya menyalahkan diri sendiri atas kesalahan yang kulakukan. Atas luka yang tanpa sengaja telah kutorehkan. Atas luka yang membuatmu kecewa.
3. Bahwa kehilangan seseorang yang berarti, harus siap pula untuk kehilangan setengah hati
Mungkin darimu, waktu ingin mengajariku tentang kehidupan. Mengakui setiap kesalahan, menerima setiap kekalahan. Mungkin darimu, waktu membuatku sadar, bahwa kehilangan seseorang yang berarti, harus siap pula untuk kehilangan setengah hati.
4. Kini, kita kembali menjadi dua orang asing yang seolah tidak saling mengenal.
Kini, kita kembali menjadi dua orang asing yang seolah tidak saling mengenal. Tidak saling menyapa. Berusaha melupakan bahwa hari lalu pernah ada, berusaha menganggap bahwa cerita lalu tidak pernah ada. Tahukah kamu, melihatmu menjauh adalah siksa bagiku?
Tahukah kamu, bagaimana rasanya mendengar ketika kamu berkata bahwa kita tidak lagi bisa dekat? Bahwa secara tidak langsung kamu mengisyaratkan untuk kita lebih baik saling menjauh. Mungkin ini mudah bagimu, namun terasa menyiksa untukku.
Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku berharap agar hari itu tidak pernah terjadi. Hari dimana aku mengenalmu yang pada akhirnya pun memilih untuk berlalu.
5. Jika aku bisa memutar waktu kembali, aku berharap agar hari itu tidak pernah terjadi
Kamu tidak perlu menjauh. Karena kini, aku sudah tahu bagaimana caranya berjalan mundur melepaskan hati ini untuk kamu.
Kamu Telah Pergi, tapi Kenangan Bersamamu Selalu Tersimpan
Senjaku yang berlari, pergilah sesuka hatimu. Takdir yang tercipta tak pernah berdusta. Jalan yang bercerita tak pernah luput dari perhatian semesta. Senjaku yang berlari. Namun namamu kian mencandu tepat dihati ini. Apakah kamu memahami? Sepeninggalmu, aku enggan mencari nama-nama yang lain lagi. Aku tak ingin mencari sosok yang lain. Biarlah kamu berlalu, biarlah sepeninggalmu menjadi kisah abadi yang patut untuk kuresapi sendiri. Bersama bentangan waktu yang bercerita, bersama jejak waktu yang menyimpan namamu kian abadi diingatan dan didalam hati.
Aku enggan mencari nama-nama yang lain pada cerita yang pernah kita sematkan dan rajut dahulu. Hati ini masih nyaman berbisik tertuju tepat kearahmu. Duhai sang penjaga hati. Saat aku menepi, aku sedang memandang perahu yang berlayar dengan tenangnya. Ia melaju dengan kejauhannya. Seperti ragamu yang saat ini berlari, laksana ragamu yang saat ini menghilang bersama ombak di laut lepas.
Aku tak menyalahkan diri, karena hingga detik ini hatiku masih berlabuh tepat ke arahmu. Biarkan aku sendiri bersama Ilahi menata hati dan hari bersama jejak waktu menyimpan namamu yang abadi. Biarlah aku sendiri bersama Ilahi mengikhlaskan hati yang meradang sunyi sepeninggalmu pergi.
Tak mengapa jika engkau enggan peduli. Biarlah aku sendiri yang menitipkan kasih di sepertiga malam pada sujudku kepada Ilahi Rabbi.
Dirimu masih lekat dihati. Dirimu masih tetap sama seperti dahulu, sosok yang aku kenal dan mengenali hatiku meskipun dalam jarak bentangan hari. Menghembuskan diri bersama senja ku yang berlari. Meredupkan diri tanpa kompromi. Tanpa ingin kuakhiri. Namun pijarnya masih tetap menerangi dan menemani hati ini. Pijarnya masih mengisi relung jiwa yang berbisik lirih pada sebaris nama dalam doa, menyinggung rupa bermuram sendu saat harus melepasmu
Daripada Kita Saling Menyakiti, dari Lubuk Hati yang Paling Dalam Aku Persilahkan Kamu Pergi
Kehidupan ini bukanlah bait-bait puisi yang bisa dipersembahkan menjadi lagu seperti karya Fiersa Besari. Kehidupan adalah kedinamisan yang kamu tak ketahui kapan akan naik turun jatuh dan bangun lagi. Seperti kamu yang terlambat menyadari bahwa mungkin hatimu hari ini berbeda dengan hatimu di esok hari, semua hanya tak kau rasa karena logika selalu mendapatkan ruang untuk melakukan perannya. Hanya saja ketika logikamu telah pergi, maka hatimu akan meronta-ronta telah kehilangan seseorang yang tanpa kamu sadari sudah berada di relung hatimu. bagaimana kamu akan mengatakan pada seseorang yang sudah berada di seberang jembatan? Seseorang yang pernah mengajakmu bercanda, pernah mengajakmu tertawa, kamu tak pernah sadari betapa berharganya dia. Sampai pada akhirnya dia berjalan kearah lain darimu, begitulah kamu akan tersadar bahwa ada ruang kosong yang terasa. Ruang yang selama ini terisi dengan seseorang yang tak kau sadari. Bahkan suaramu tak lagi bisa terbawa oleh angin bahkan jika berteriak sekalipun, dia mungkin tidak akan mendengar dan bagaimana dia akan kembali.
Apa yang akan kamu lakukan? Semua sudah tak lagi sama.
Hati yang berkehendak untuk berjalan pergi tak akan bisa kamu hentikan untuk kembali. Sesal memang menemani di akhir perjalanan kisah, tentang pertemuan dua anak manusia yang mungkin tidak berada pada waktu yang seharusnya. Suaramu mungkin tak akan lagi terdengar, deru hujan mungkin akan menggelamkan tangisan. Angin tak akan mampu lagi bertahan, tapi mengatakan adalah hal yang harus kamu lakukan. Minta maaflah tapi jangan menyesal karena hati tak pernah bisa kamu kendalikan. Iya, jawabanku memang berbeda dari waktu itu. Iya, aku baru menyadari bahwa ada ruang di hatiku yang terisi olehmu baru kusadari setelah kepergianmu sampai di seberang jembatan.
Pergilah, jika kamu ingin pergi aku selalu ikhlaskan dan kudoakan kamu akan bertemu dengan seseorang di waktu yang tepat. Pergilah, maka kebingunganmu atas hatiku juga akan berakhir. Di masa depan aku akan lebih berhati-hati, melihat lebih dalam, mendengar lebih lama, memikirkan lebih banyak agar aku bisa tahu dan tidak akan membiarkan orang yang berarti bagiku pergi begitu saja. Maaf tapi tak kusesali, walau terlambat kusadari dan berkata ternyata aku merindukan kamu yang dulu ada.
Ajari Aku Bagaimana Cara Melepasmu
Hai kamu, yang terus menerus menarik lalu menghempaskan, meraih lalu meninggalkan, menggenggam lalu melepaskan. Dengan cerita penuh liku. Kamu yang asyik sendiri tetiba lupa, aku yang terlupa mencoba mengalihkan duniaku. Tapi entah alam entah waktu mempersatukan kita kembali, iya kembali, kembali bersama tanpa sebuah ikatan.
Hanya kita, kita berdua dan tentang kita, aku menyebutnya "dunia kita". Aku yang ego dan Kamu yang terlalu menyayangimu. Aku yang penuh emosi dan kamu yang tenang, aku yang rumit dan kamu yang sederhana. Entah apa yang membuatku begitu terlalau menyayangimu. Kamu Perempuan dengan hati yang riang, bukan perkara sulit untuk mencari pelabuhan hatimu dan kamu yang hobi berkelana dan aku yang terlalu sulit membuka diri.
Dengan berjalannya waktu, kita semakin tumbuh dewasa dengan hubungan yang makin membaik dan hangat, tapi mau dibawa kemana arah hubungan kita. Kamu bilang terlalu takut menyakitiku, takut ku semakin jatuh kedalam kesakitan, khawatir aku menjadi semakin trauma akan kisah masa kecil. Kamu yang paling tau kehidupan apa yang aku jalani, kamu bilang aku terlalu baik untukmu.
"Bukankah semua orang ingin mendapatkan pasangan yang baik ? Naifkah kamu ? Munafikkah kamu ?"
Lalu apa yang kamu mau, kamu tau hidupku hanya terisi olehmu, lingkaran keluargaku, teman – temanku yang mereka tau hanya kamu. Aku mencoba untuk menikmati semuanya menikmati proses demi proses perjalanan kita, mencoba memahami mimpimu, mencoba mendekat pada keluargamu tapi semua yang kulakukan tak membawamu menuju arahku dengan pasti.
Sayang, kita terlalu dewasa untuk terbelenggu pada kisah cinta remaja ini, tak maukah kamu menajadikanku bagian dari mimpimu, membangun mimpi dan masa depan, membahagiakan keluarga kita dan menua bersama? Tak maukah kamu menggenggamku dan kita berjalan beriringan, tak lagi saling berkelana? Apalagi yang kau tunggu?
Bila katamu dalam pelukanku adalah tempat kau terteduh? Bila nyatanya kita seperti "rumah" untuk saling kembali dan kembali lagi, sejauh apapu kita berlari melawan arah pada akhirnya kita kembali, seperti rumah yang berteduh dari keajmnya dunia, bila dunia kita sebegitu nyamannya untuk kita singgahi. Apa yang harus kita tunggu lagi ? Sayang, taukah kamu berkali – kali aku mencoba lari darimu, bersembunyi dari besarnya perasaan ini, dari rindu yang menggebu, dengan hati yang tertutup rindu ?
Tapi kamu berkali – kali mecoba datang, dengan senyummu, dengan segala tipu dayamu, dengan tangan hangat yang selalu nyaman kugenggam, dan kita kembali lagi menjalani hari – hari yang bahagi "dunia kita" begitu aku menyebutnya, tapi berkali – kali kamu pergi lagi, menghempaskan lagi, melukai lagi.
Sayang, aku lelah, bagaimana aku melepasmu dengan rasa rindu yang menggebu, dengan rasa cinta yang tulus.
Haruskah aku pergi ? dengan hati yang tak kunjung terisi ?
Menyudahi Cerita Kita, Bukan Berarti Aku Tak Memiliki Rasa Sayang Kepadamu
Masih terekam jelas di benakku mengenai awal aku mengenalmu. Semua begitu menyenangkan hingga aku pun merasa nyaman.
Kau katakan rasa nyaman, hingga aku pun terkesima dan mengatakan.Tanpa aku sangka sebelumnya, kau menyatakan cinta. Waktu yang singkat mengenalmu ini, tak aku hiraukan karena aku yakin kau sangat baik hati. Tanpa aku perpanjang, aku pun mengiyakan. Rona bahagia nampak jelas di wajahmu kala itu. Hari-hari kita lalui dengan kehangatan mulai dari selamat pagi hingga pagi lagi.
Waktu terus berjalan hingga aku merasa kau semakin mengaturku. Aku bimbang, antara cinta dan merasa dikekang.
Aku risih setiap kali harus diserbu pertanyaan lagi dimana, sama siapa, ada cowonya tidak, ngobrol sama cowo tidak, dan sebagainya. Di balik bahagianya aku saat kita bertemu, terselip rasa kesal ketika kau menuduhku macam-macam. Awalnya aku berusaha menganggap itu semua adalah bentuk cinta, tapi tak bisakah kamu mengerti bahwa tidak semua temanku perempuan? Aku merasa kau batasi, tapi aku juga tidak ingin ku pergi.
Dan akhirnya aku akhiri. Melepasmu adalah keputusan terbaik, agar semuanya menjadi lebih baik.Seringnya kita bertengkar membuat fokus pekerjaanku buyar. Hubungan dengan sahabat dan teman-temanku juga agak renggang. Komunikasi yang dulu terjalin menjadi susah untuk disambungkan. Ya, aku akui ini bukan salahmu. Hanyalah aku yang terlalu berlebihan menganggap berharga sebuah pertemanan.
Seringkali aku menangisi diriku sendiri, aku muak dengan diriku yang tak sebahagia dulu. Lambat laun aku menjadi kurang nyaman, rasa cintakupun kian luntur. Dan akhirnya aku akhiri. Maafkan aku, kau sama sekali tidak salah. Wajar saja seorang lelaki tak membiarkan perempuan yang dicintainya bersua dengan lelaki lain. Semoga melepasmu adalah keputusan terbaik, agar semuanya menjadi lebih baik.
Bisalah kau menuduhku macam-macam. Namun kau harus tahu, bahwa hati manusia bisa jenuh jika terus disalahkan.
Buah dikenal dari Pohonnya. Kalau Buahnya baik, pasti pohonnya baik. Kalau pohonnya Kurang baik, bagaimana mungkin buahnya akan baik?
Ya, menyudahi cerita bukan berarti denganmu aku tak punya rasa cinta. Boleh saja hari ini kita akhiri. Namun bukan tidak mungkin nanti kita akan kembali. Semoga tidak akan ada lagi pertengkaran, tidak ada lagi drama, dan tidak ada lagi perdebatan.
Percayalah, takdir tidak akan salah waktu. Semua akan kembali, jika dua manusia sudah digariskan untuk bersatu.
Aku Tetap Berdiri, Bahkan Setelah Kamu Pergi
Beberapa saat lamanya aku seperti zombie yang berjalan tanpa nyawa. Semua aktivitas kujalani hanya karena butuh saja, bukan karena ingin melakukannya. Tapi keadaan membuatku bertahan di tengah keterbatasan. Aku memang pernah remuk redam, tapi kini kubuktikan, aku bertahan.
Kedekatan kita memang tak perlu dipertanyakan lagi kondisinya. Kita pernah saling mengenal sedekat pembuluh. Perjuangan kita membangun ikatan sudah beranak sekian ratus peluh. Aku hapal di luar kepala bagaimana bentuk tubuhmu, bagaimana manisnya mengecup lekukan di sisi kiri tulang belikatmu. Aku pernah jadi pecandu nomor wahid dari aroma yang menguar dari tengkukmu.
Bahkan sampai kini aku masih bisa menghapalnya dengan sedetil itu.
"Tapi kusadari kamu tak pernah hilang. Kamu
Kata orang cinta yang tidak lantang justru cinta yang melibatkan banyak upaya juang. Kini frasa itu harus kuamini benarnya. Kita tidak pernah benar-benar mengungkapkan perasaan ‘kan? Kutahu kau menyayangiku, kaupun tahu betul aku pun begitu. Hanya saja kita sering terlampau malu untuk mengungkapkan dalamnya perasaan itu.
Tapi kehilangan kamu benar-benar membuka mataku soal berbagai lapisan kehilangan. Berpisah denganmu jelas menyakitkan. Hanya saja aku merasa kamu tidak pernah benar-benar berubah jadi ruang hampa yang tidak bisa kugenggam kapanpun aku membutuhkannya.
Dalam diam, kamu selalu ada. Menyelip di tisu yang terselip di kantung kemejaku. Atau dalam sobekan jok motor yang sudah kau ributkan harus diganti dari dulu. Pada desing motor yang ribut melintas dan mengganggu konsentrasiku, kutemukan kamu di situ.
Tentu saja lebih mudah menyerah pada gaya gravitasi. Terjun bebas, meretakkan tulang tengkorak dan tulang rusuk sampai benar-benar jadi serpihan sekecil atom. Tapi kutahu kamu tak akan bahagia melihatku menyerah pada keadaan. Kamu tidak pernah mendidikku untuk jadi pecundang.
Aku ingin jadi orang yang bisa membuatmu tersenyum di atas sana. Tak perlu khawatir harus sering-sering mengeluarkan tangga demi menengokku. Nikmati apa yang sudah jadi hakmu. Jalani hidup kekal yang nyaman sebagai balasan atas kebaikan-kebaikanmu. Aku bisa bertahan di sini tanpamu.
Kamu tidak akan melihatku terpuruk berlama-lama, bersedih karena kenyataan yang ada. Justru aku akan memutar otak agar kesedihan tak melumatku seperti oat encer yang rasanya kau tak suka.
Aku merindukanmu. Selalu. Hanya saja karena aku mencintaimu, akan kubuktikan kalau aku akan terus hidup tanpamu.
Adakah rasa syukur lain yang ingin kamu ungkapkan pada orang yang telah meninggalkanmu?
Hei Kamu, Terima Kasih Untuk Segalanya. Meskipun Kamu Harus Mundur Langkah Demi Langkah Dariku
Aku Telah Merelakanmu, Namun Dengan Jahatnya Memintamu Kembali
"Aku ingin kita mulai dari awal, meskipun itu tidak bisa sama lagi."
Bukan Soal Mudah Mengutarakan Apa yang Kita Rasakan Kepada Orang Lain Untuk Sekedar Melegakan Hati
Bukan soal mudah mengutarakan apa yang kita rasakan kepada orang lain untuk sekedar melegakan hati yang kini lebih sering terasa sesak akan namamu, bahkan untuk menceritakan kepada diri sendiri aku tak tahu untuk memulainya dari bagian mana. Kamu sosok yang tak terjelaskan bagaimana bisa merasuki seluruh dikiranku tanpa jeda sedetik pun.
"Apa kamu tahu apa yang aku rasakan sekarang setelah kamu menawarkan sejuta warnamu?"
Kini aku tumbuh menjadi pribadi yang tak henti-hentinya belajar merelakan situasi yang pencipta awalnya adalah aku sendiri. Aku mengerti dan telah merasakannya sekarang. Inilah mungkin apa yang kau rasakan beberapa waktu yang lalu. Tapi kau tak mengetahui apa yang hatiku sebenarnya rasakan. Tak pernah sekali pun aku mengabaikanmu, aku hanya tak bisa mengungkapkan apa yang aku rasa. Mungkin aku terlalu mengutamakan gengsi dan takut untuk memulainya terlebih dahulu.
Aku paham cinta yang kau rasakan dahulu tak saperti harapanmu, tapi apa kau juga tak ingin sedikit mengetahui apa yang aku harapkan tentangmu?
Menurutku cinta adalah proses yang harus dirasakan pelan-pelan. Cinta adalah sebuah kebutuhan akan rasa nyaman, meski tak selamanya sejalan. Bukan berarti aku tak meyakini akan cintamu tetapi apa tidak terlalu dini untuk mengatakan bahwa itu cinta. Bagiku masih banyak proses hingga aku benar-benar merasakan jatuh cinta bahkan titik berat dalam hidupku sampai aku kehilangan sosokmu. Aku menyadari kesalahan itu, bahkan aku tak ingin mengulanginya kapadamu lagi. Kali ini kau bukan hilang yang berarti tak kembali, walau kembali akan berbeda, tak seperti dulu.
"Harusnya kau percaya dan yakin tanpa perlu mempertanyakan lagi bagaimana hatiku padamu."
Dulu aku sempat berpikir, kau tak akan bisa mengubah cara pandangku terhadapmu. Tapi kali ini aku benar-benar jatuh hati kepadamu.
Setiap waktu, langkah, nafas serta jiwaku hanya untuk memikirkanmu, walaupun terdengar begitu menjijikkan tapi itulah yang aku rasakan saat ini.
Aku selalu berusaha menahan egoisku untuk mendapatkan perhatianmu, karena aku begitu mengetahui bagaimana hatimu. Bukannya aku menjadi sok tahu tentangmu, tapi isi hati yang pernah kau ungkapkan padaku mulai dari kebahagiaanmu hingga kebencianmu terhadap sifat yang dominan susah berubah dari diriku. Hubungan yang terjalin kali ini aku menyebutnya cinta tanpa syarat, meski kali ini aku yang akan merugi tersiksa oleh batasan-batasan yang kau ciptakan, tapi aku ikhlas.
Kumohon Kali Ini Lepaskan yang Tak Ingin Digenggam
Kamu bilang kepadaku
Kamu merasa nyaman di dekatku, merasa berbeda kalau di dekatku, kamu akan serius, akan menjaga semua untukku, jika aku tak membalas perasaanmu jangan pernah aku menjauhimu, akan tetap memberikan sayangmu untukku, selalu ada untukku kapanpun itu.
Aku masih berharap kamu sadar bahwa aku ada, di sini, di sisimu, bukan di depan maupun di belakangmu, aku tepat di sampingmu, kamu hanya perlu menoleh sedikit melihat aku.
Karena sayang itu gak butuh alasan hanya perlu aku dan kamu rasakan karena yang tau hati ini
Karena aku tipikal yang susah melupakan kenangan, bisa jadi itu menjadi alasan kuat aku takut kamu kembali kemasa lalumu yang indah yang mungkin takkan bisa aku gantikan ketika kamu bersamaku.
Bagaimanapun sayang gak butuh alasan untuk diberikan seperti yang kamu ucapkan padaku.
Berangan kemungkinan yang akan kita lewati nanti. Bertanya mungkinkah kamu akan bertemu dengan kebahagian yang sesungguhnya dan membuatku tertawa dengan kekonyolan yang selalu aku rindukan.
Jika mereka dapat dengan mudahnya menuntaskan rindu, maka aku hanya bisa mengalihkannya dengan mengerjakan hal lain demi membunuh waktu akan rindu yang tak berujung ini. Mencoba sibuk untuk menghabiskan waktu tanpa harus menjadi terpaku hanya terdiam menunggumu.
Menunggumu muncul di jendela notifku, menjadi keseharian yang tak pernah absen kulakukan. Mungkin orang di sekitarku pun terusik ketika aku selalu menatap layar handphone memeriksa notifku. Aku hanya tak ingin melewatkanmu dan membiarkanmu menunggu lama, walaupun aku sering menunggumu.
Ketika penantian tak menjemukanku dan saat itulah yang aku tunggu hadir meski hanya sapaan namaku yang kamu sebut, tak pedulikan itu yang aku tau hanya kamu sedang berfikir tentangku.
Ironis memang, tapi menyenangkan ketika menunggumu bukan hanya sekedar harapan.
Itu di bagian hatimu berbeda dengan di bagian hatiku, sejak mengenalmu aku mencoba berusaha membuka hati dengan perlahan, hanya saja ketika pintu itu terbuka kamu enggan masuk untuk berada di dalamnya.
Aku sadar kamu sudah mengakhiri semua cerita cinta kita, berhenti dan tak ingin berbagi hari denganku lagi. Ketika kamu menganggapku sebagai kesalahpahaman, bolehkah aku menganggapmu sebagai kebahagiaan yang tidak sengaja aku abaikan?
Tiap aku mencari alasan mengapa aku begitu buta aku semakin menemukanmu.
Hari ini ijinkan aku meninggalkannya meskipun sakit tapi aku pernah melewati yang lebih hancur dari ini sebelumnya. Kumohon jangan datang lagi dalam segala bentuk apapun.
Tolong bergeserlah sedikit dari pintu hatiku, jika kamu tak berkenan masuk, itu hanya akan menghalangi pandanganku kepada yang lainnya yang telah berkenan masuk.
Mungkin beberapa waktu lalu aku sangat kuat meyakini harapanku.
Tapi jika yang menciptakan kita tidak menghendaki harapanku ini aku tak bisa berbuat apapun, hanya merelakan Tuhan yang mengatur sebagaimana mestinya kita masih ada harapan yang jauh lebih baik untuk diperjuangkan.
Menyayangimu Adalah Sebuah Kesia-siaan, Yang Tak Akan Aku Sesalkan
Kehadiranmu bukanlah kesalahan. aku pun tak punya alasan untuk menyesal
Apa artinya hidup jika tidak bahagia?